Jakarta, Properti Indonesia – Pasar properti industrial di Jakarta dan sekitarnya mengalami trend permintaan yang signifikan dalam dua tahun terakhir (2023-2025). Lonjakan ini terutama didorong oleh ekspansi e-commerce yang cukup pesat, relokasi industri manufaktur global, serta strategi diversifikasi rantai pasok produsen asal Tiongkok yang dikenal dengan istilah China+1.
Head of Industrial Services at PT Leads Property Services Indonesia, Esti Susanti, mengonfirmasi tren positif ini. Dalam acara Media Briefing bertajuk "Tren Properti 2025 & Market Outlook 2025" yang digelar Leads Property Service di Artisan Lounge, SCBD, Kamis (20/11/2025), Esti menyoroti pergeseran pola permintaan di sektor industrial tersebut.
"Indonesia tidak hanya dilihat sebagai basis produksi, tetapi lebih sebagai pasar konsumsi yang sangat besar. Hal ini mendorong banyak produsen, terutama dari Tiongkok, untuk mendekat ke konsumen utama mereka," ujar Esti.

Esti Susanti, Head of Industrial Services at PT Leads Property Services Indonesia
Terlebih, sebut Esti, pasca kebijakan tarif Trump, pihaknya mencatat lonjakan permintaan bangunan pabrik siap pakai, karena produsen Tiongkok butuh memulai produksi dengan cepat untuk menjaga ekspor ke AS.
Berdasarkan data yang dirilis Leads Property, total pasokan gudang dan pabrik sewa di Jakarta dan daerah penyangganya seperti Bekasi, Tangerang, Karawang, dan Purwakarta telah mencapai angka 2,54 juta meter persegi. Tingkat huniannya juga sangat ketat, bertahan di kisaran 90% hingga 92%, yang menunjukkan market yang sangat solid.
Esti menuturkan, para penyewa, khususnya dari Tiongkok, menunjukkan perilaku yang khas. Mereka umumnya memilih masa sewa awal 3 hingga 5 tahun sebagai periode uji coba untuk menilai kelayakan pasar, efisiensi logistik, dan produktivitas tenaga kerja lokal. "Sementara, spesifikasi bangunan yang dicari pun semakin tinggi, seperti akses tol kurang dari 3 km, tinggi langit-langit minimal 8 meter untuk pabrik dan 10 meter untuk gudang, serta kapasitas daya lantai yang kuat," jelasnya.
Dari sisi profil penyewa, sektor e-commerce dan manufaktur masih menjadi tulang punggung permintaan. Untuk gudang modern, e-commerce menyumbang 25% dari total permintaan, diikuti oleh industri FMCG (20%) dan otomotif (20%). Sementara untuk pabrik siap pakai, industri elektronik mendominasi dengan kontribusi 35%, mencerminkan gelombang relokasi manufaktur komponen elektronik ke Indonesia.
Meski permintaan tinggi, Esti mengingatkan sejumlah tantangan. "Tantangan utama terletak pada ketidakseimbangan antara tipe pasokan dan permintaan, konsentrasi permintaan di lokasi tertentu, serta keterbatasan utilitas industri seperti ketersediaan gas alam," ujarnya. Tidak hanya itu, menurut Esti, tantangan makro seperti ketidakpastian geopolitik dan biaya konstruksi yang meningkat juga perlu diwaspadai.
Menatap tahun 2026, Leads Property memperkirakan akan ada tambahan pasokan baru sekitar 230.000 m², dengan tingkat hunian yang tetap stabil di rentang 90-92%. Harga sewa diproyeksikan mengalami kenaikan moderat sebesar 1% hingga 2%.
"Ke depan, arah industri properti industrial akan semakin menekankan pada efisiensi, keberlanjutan, dan keterpaduan. Ini sejalan dengan tuntutan manufaktur berkelanjutan dan posisi Indonesia yang strategis di kawasan Asia Tenggara," tutup Esti.